Menu

Friday, 4 April 2014

Fiqh dalam Cerpen: Kecil yang Jadi Besar

"Kriiiiitt...", bunyi engsel pintu terdengar berderit. Mungkin karena sudah lama tidak di minyaki. Beda dengan hari kemarin, siang ini matahari di luar terik sekali. Kelihatannya sedang bersemangat menyinari bumi Tangerang. Sebenarnya ingin santai saja dirumah. Tidur siang. Tapi terlanjur kemarin sudah janji dengan Jono. Mau beli buku.

"Ziingg...", kututup mataku. Sinarnya menyilaukan mata. Benar-benar panas hari ini. Ku ambil helmku. Lalu memacu motorku ke tujuan: Gramedia Bintaro Plaza.

Mall siang itu ramai sekali. Tampaknya terik panasnya tidak menjadikan orang-orang ini mengurungkan niat berakhir pekan di mall. Ada yang hanya duduk-duduk. Mungkin sekedar ngadem. Ada juga yang sibuk berniaga.

Sekitar pukul dua siang, aku bertemu juga dengan Jono.
"Assalaamu'alaykum!" sahutku sambil menepuk bahunya.

"Wa'alaykumsalaam.." agak terkaget ia menjawab salamku.

"Lagi baca apa?" tanyaku.

"Oh ini, novelnya Kang Abik. Bagus nih!" saran dia. "Bro gw ke toilet dulu ya.. kebelet!" lanjutnya sekejap sembari menyerahkan novel tersebut padaku. Sedikit berlari dia keluar Gramedia. Kenapa juga ga woles? Padahal jalan aja kan bisa. Hmm, mungkin sudah kebelet sekali. Atau dia sudah menahan sedari tadi, hehe..


Sambil menunggu, aku baca saja novel yang 'tiba-tiba' ia berikan tadi. Memang bagus. Kang Abik berhasil menjadikan pembacanya terbayang-bayang suasana di Mesir sana. Jarang-jarang ada seorang novelis yang mampu membuat pembacanya begitu terbayang suasana. Tapi.. belum sampai 5 halaman, Jono sudah sampai...

"Cepet banget Jon, cebok ga?" tanyaku agak frontal.

"Ngga, ribet tadi, agak risih juga karena ngantri, ga enak kan banyak yang nungguin.."

"Astaghfirullah.. Thaharah itu wajib bagi setiap muslim!"

"Ribet deh.. Itu kan hal sepele.." jawabannya sedikit membuatku mengerenyitkan kening..

"Bro.. Ada beberapa perkara yang terkadang kita anggap sepele ternyata dampaknya besar bagi kehidupan. Bahkan setelah kematian! Rasulullah saw pernah melewati dua kuburan, kemudian beliau bersabda,

إِنّهُمَا لَيُعَذّبَانِ، وَمَا يُعَذّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، ، وَأَمّا الاَخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنّمِيمَةِ

Sesungguhnya kedua orang yang berada di kubur ini sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa karena masalah besar. Salah satunya, dahulu tidak mau menjaga diri dari air kencing. Sedang yang lainnya, dahulu terbiasa mengadu domba.
-HR. Bukhari, Muslim-

Tuh, gimana coba.. Amit-amit deh, tertunda masuk surga karena lupa cebok. Hal kecil yang bisa dihindari, tapi jadi masalah besar yang bikin bulu kuduk berdiri. Hiii...."

Aku perhatikan raut muka Si Jono. Agak kaget dia. Lalu berkata, "Astaghfirullah.." lalu dia balik badan arah keluar.

"Eh, eh.. mau kemana lagi bro??"

"Toilet, mau thaharah.." lalu ia melesat setengah berlari.

Kini tak lagi aku mengerenyitkan keningku. Tersenyum, karena dia sudah menyadari sekarang pentingnya thaharah.

****


  ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

 ...Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat 
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
QS Al-Baqarah : 222

Menjaga diri saat kencing, baik tersembunyi dari pandangan orang maupun dari cipratannya memang hal kecil yang kadang kita abaikan. Tapi jangan salah, karena air kencing termasuk hadas ringan, maka yang sedang berhadas ringan tersebut dilarang untuk solat. Kalaupun tetap solat, solatnya tidak sah karena dirinya belum suci.

Yuk, sama-sama kita perhatikan kembali cara bersuci kita. Kalau belum baik, kalau masih buru-buru, diperbaiki. Kalau sudah baik, lebih hati-hati lagi supaya sempurna.

Semoga bermanfaat :)

No comments:

Post a Comment