Sudah hampir lima tahun terakhir ini ngajar menjadi salah satu rutinitas
yang akrab. Gw punya murid empat orang. Dua dari empat itu kakak beradik. Jadwal
diatur sedemikian rupa supaya ga bentrok sama jadwal kuliah. Jadwal ngajar
emang padet banget, kadang akhir pekan juga ngajar. Tapi akhir pekan itu spesial,
yang di ajar bukan satu atau dua orang, tapi satu kelas! Peak seasonnya adalah
menjelang ujian. Duh dek, kalau lagi
musim ujian, si adik-adik (empat orang) ini minta lesnya tiap hari. Capek? Pasti!
Nah, itu waktu masih kuliah. Karena dua tahun lalu mulai aktif kerja, gw putuskan untuk melepas semua kesibukan ngajar privat. Kalau ngajar kelas sih masih, sebab utamanya itu karena akhir pekan dan jaraknya ga terlalu jauh dari rumah, sekitar 20 menit. Beda dengan adik-adik privat, perjalanan bisa satu jam. Jadilah yang empat orang itu gw transfer ke orang lain.
Semenjak kerja rutinitas memang beda, namanya juga jadi beda, bukan pulang
pergi ngajar lagi, tapi pulang pergi ngantor, hehe. Hari-hari terlewati, ga
bisa dipungkiri ada yang hilang. Ga sampe dua bulan ternyata gw merindukan lagi
nikmatnya ngajar privat. Terlebih merasa energi yang disiapkan pada pagi hari
seperti tidak terserap maksimal. Maksudnya, pulang kerja itu belum cape, yang
namanya istirahat tentu lebih nikmat kl lagi cape kan. Dan yang ada dalam
pikiran ini cuma satu: alokasikan energi ke ngajar privat (lagi)! Tapi mau
ngajar siapa? Hmm...
Beberapa hari selepas pikiran itu, seperti mendapat jawaban..
“Kriiing..” HP berbunyi, dari seorang murid.
“Kak, Bila sama Kakak Biyan mau les. Bisa ga hari ini?”
Senyum sumringah.
Sebenarnya dua orang ini (kakak beradik) juga sudah ditransfer, tapi mereka
merasa ga cocok sama pengajar yang baru. Tadinya sempat kepikiran ga enak hati
sama pengajar sekarang. Istilahnya ga sopan lah, masa udah ditransfer tapi ko
minta ditransfer balik. Macam pemain bola aja lah, hehehe..
Tapi, ternyata Bundanya (Ibu si kaka beradik ini) memastikan, kalau itu
murni permintaan dia. Jadi ga perlu khawatir ada rasa ga enak hati.
Akhirnya, Bismillah, jadilah gw
sediakan diri untuk (kembali) mengajar mereka. Konsekuensinya? Mereka harus mau
les sepulang gw kerja. Mereka ga keberatan ternyata. Oke, deal! Alhamdulillah, rezeki memang ga kemana!
Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di
bumi
melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.
Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat
penyimpanannya.
Semua (tertulis) dalam kitab
yang nyata (Lawh Mahfuz).
Q.S Hud : 6
“Allahumma inni as alukal huda, wat tuqo, wal ‘afaf,
wal ghina”
Ya Allah,
aku memohon pada-Mu petunjuk
dan ketakwaan, dijauhkan dari yang tidak halal (dan
menahan diri darinya) dan diberikan kayaan
hati
(HR. Muslim)
Kini ga terasa, sudah hampir satu setengah tahun gw jalani kerja sambil
ngajar privat. Alhasil, berangkat pagi dan pulang malem di hari senin sampai
kamis itu (juga) udah jadi hal biasa. Memang harus diakui, penghasilan dari
ngajar ini lumayan banget untuk nambah-nambah uang bensin, lebih sih kalau cuma buat bensin mah, hehe...
Njuk, apa hubungannya dengan segelas teh
hangat?
Ada. Ada hubungan antara sanggup bertahan satu setengah tahun tersebut dengan segelas teh hangat :))
Well, apa yang gw pikirkan tentang ‘penyerapan energi yang ga maksimal’ itu emang bener banget. Walau bekerja, ternyata sisa energi masih banyak. Terkesan sia-sia kalau ga dimaksimalkan. Sampai akhirnya diputuskan untuk ngajar privat lagi. Tapi, itu awal bro! Lama kelamaan, tubuh bisa menyerah kalah juga.
Tubuh itu akan merasa dihargai ketika ia lelah,
penikmat lelah adalah istirahat.
Dan batas atas segala lelah itu
sendiri adalah sakit.
Ga kehitung udah berapa kali terkantuk-kantuk diperjalanan, berapa kali
hampir nabrak (karena ngantuk itu), dan berapa kali kena pilek, flu, de el el nya, tapi diri ini tetep ngeyel
untuk terus ngajar. Apa rahasia nya? Apa motivasinya?
Ehem, salah satu rahasia dan motivasi yang Allah tunjukkan itu
melalui segelas teh hangat. Bukan, bukan dari segelas teh-nya, bukan juga karena
slogan: “Mari Ngeteh, Mari Bicara”-nya, tapi
dari semangat yang dibangun dan perhatian yang dirasakan dari proses dibalik
pembuatan segelas teh itu sendiri.
Ko bisa? Ya, bisa! Alhamdulillah, selama hampir satu setengah tahun kerja
sambil ngajar, pasti selama itu juga gw pulang malem, bahkan kadang sampai jam
sebelas, tapi selama itu pula segelas teh hangat hampir selalu tersaji sesampai
dirumah. Selalu menemani, Insyaa Allah.
Segelas teh itu semacam pereda lelah yang cukup ampuh. Rasanya jadi lebih
rileks setelah minum. Pulang malam, dingin, lelah, ngantuk, tapi disuguhi teh
anget. Nikmat? Jangan ditanya lagi.
Nah, perhatian dari nyokap inilah yang seolah ngajarin, “Ayo semangat terus, jangan nyerah! Selalu ada orang yang nunggu kamu dirumah!”. Jadilah hal tersebut sebagai judul tulisan ini... Semangat Segelas Teh Hangat...
Entah kenapa, rasanya malu aja ngakuin cape didepan nyokap yang udah (rela) bangun
cuma untuk nyambut anaknya yang baru
pulang ini (dengan segelas teh). Padahal kerjaan dirumah pun banyak lho. Belum lagi harus ngurus si kembar. Harus
diakui, ngurus anak (apalagi kembar) itu jauh lebih cape dibanding kerja
kantoran. Gw bisa bilang begitu, karena gw ngerasain repotnya jagain si kembar.
Note it! Dan lewat segelas teh itu,
nyokap udah ngajarin, dan secara ga langsung mentransfer semangat ke gw. Untung anakmu
ini peka ya, mi (ummi)! Hehe.. Alhamdulillah..
Jadi benarlah orang-orang yang bilang, “Ibu itu adalah madrasah bagi keluarga dan anak-anaknya”. That’s true. Buat gw, perhatian segelas teh itu merupakan metode pengajaran yang luar biasa dan cerdas yang diajarkan nyokap. Perhatian kecil yang konsisten dan akan berbekas sampai kapanpun.
Ibu ibarat madrasah, jika engkau persiapkan
maka ia akan mencetak bangsa yang unggul
(Muhammad Hafizh bin Ibrahim, 1932 M)
Anak mana sih yang ga semangat kerja kalau di kasih perhatian kayak begitu?
Kalau pun ada (yang ga semangat), mungkin karena si anak ga berpikir seperti
apa yang gw pikirin. Alias ga peka --- semoga readers ga termasuk yg ga peka tersebut.. Lagi pula, setiap ibu pasti punya cara
tersendiri dalam ngasih perhatian ke anaknya, kan! Just find it!
Oleh sebab itu benarlah (dan ga kalah penting) juga apa yang dibilang oleh ust. Salim A. Fillah...
Tugas utama seorang laki-laki sebelum menikah
adalah...
mencarikan
ibu yang saliha untuk calon anak-anaknya kelak...
Sungguh, madrasah yang baik itu tidak akan dijumpai kecuali dari seorang
ibu yang saliha, Insyaa Allah. Semoga Allah menggolongkan para ibu kita (dan juga
para calon ibu) tergolong ibu yang saliha. Aamiin.
Syemangat!
Online casino site for playing live roulette with real dealers
ReplyDeleteOnline casino site for playing live roulette with real dealers. ✓ We offer many games to your mobile ✓ Deposit, withdraw winnings, luckyclub.live and more ✓ Rating: 3.4 · 123 votes