Menu

Friday 28 March 2014

Negeri Tanpa Ayah: Tarbiyah Sebelum Menjadi Seorang Ayah...

by : bendri jaisyurrahman 
(twitter : @ajobendri)


|1| 
Jika memiliki anak sudah ngaku-ngaku jadi AYAH, 
maka sama anehnya dengan orang yang punya bola 
ngaku-ngaku jadi pemain bola

|2| 
AYAH itu gelar untuk lelaki yg mau dan pandai
 mengasuh anak bukan sekedar 'membuat' anak

|3|
 Jika AYAH mau terlibat mengasuh anak bersama ibu, 
maka separuh permasalahan negeri ini teratasi

Thursday 27 March 2014

Ukhuwah...

Kalian tahu kenapa dinamakan dengan hujan?
Karena dia turunnya rame2...
Pasti garing kalau hujan itu turunnya hanya satu tetes
Lantas satu tetes lagi, dan seterusnya...

Kalian tahu kenapa nasi itu mengenyangkan?
Karena is dihidangkan rame2...
Pasti bengong kalau hanya satu butir saja di atas piring
Ini mau makan apa? Manalah kenyang...

Kalian tahu gigi itu berguna?
Karena rame2 berbaris rapi...
Pasti ompong kita menyebutnya kalau cuma satu
Tidak bisa buat mengunyah. Cuma bisa buat tersenyum melihatnya...

Sungguh...
Di dunia ini sesuatu yang positif akan spesial saat dilakukan rame2..
Lebih berkesan..
Lebih berkisah...


Tausyiyah Terakhir (Bagian Dua)

Kalau belum, baca dulu bagian satunya di Tausyiyah Terakhir (Bagian Satu) bro ;)

***


Jujur, ada sedikit rasa khawatir. Gw pribadi tau kalo Halimun merupakan salah satu gunung yang terkenal angker. Banyak hal-hal mistis disini. Tapi masa iya yang gw rasain pada saat itu salah satu hal mistis? Rasanya semua normal-normal aja, kalaupn ada yang janggal ya itu: kemana orang-orang?!

Pikiran itu terbuang seketika. Sesuai niat, siang itu tafakkur dimulai. Ada tugas. Masing-masing dari kami diminta menceritakan kembali dalam bentuk tausyiyah mengenai peperangan yang pernah umat Islam alami. Kalau ga salah inget, yang kami kumpulkan itu Perang Badar, Perang Uhud, Perang Hunain, dan Perang Salib.

Wednesday 26 March 2014

Tausyiyah Terakhir (Bagian Satu)



Sabtu pagi itu tidak biasa. Pagi-pagi banget gw dan tiga orang lainnya, Galih, Lutfi, dan Febri berkumpul di Masjid Raya Ciledug. Bukan, bukan mau denger kajian dhuha. Tapi mau mukhayam di Gunung Halimun. Mau tafakkur alam. Dan ini sangat spesial. Kenapa? Karena perjalanan ini adalah pengalaman pertama kami semua dalam hal pendakian!

Belum apa-apa, sandal Lutfi sudah putus. Akhirnya, keberangkatan tertunda sebentar selagi Lutfi membeli sandal baru. Kami janjian di stasiun Bogor. Ga hanya berempat. Disana kami bertemu murabbi. Tak lupa Kami pun saling mengecek bawaan. Dari awal memang berasa ada yang kurang, dan bener aja, kami bawa dua kompor tapi hanya dengan satu panci! Astaghfirullah…

Getar Hati Para Pemimpi

Ia pemuda biasa. Lahir dari keluarga miskin lagi pengungsi. Ia bermimpi untuk melawan kedzaliman yang mencakar koyak wajah bumi para Nabi, tanah kelahirannya, sejak pertengahan abad lalu. Suatu hari masih dalam sengatan mimpinya, ia bersama teman-temannya membuat sebuah acara kemah ketangkasan di pantai Gaza. Dan dari sanalah kisah menakjubkan itu dimulai.

Di akhir acara mereka berlomba, mereka saling adu ketahanan. Siapa bisa melakukan head stand, berdiri dengan kepala dalam jangka waktu terlama, dialah sang pemenang. Sang pemenang berhak digendong bergantian selama perjalanan pulang.

Tiap menit, satu demi satu peserta menyerah. Lalu tinggallah dia sendiri, pemuda itu. Dia masih terus bertumpu di atas kepalanya bahkan sampai beberapa jam kemudian! Gila! Teman-temannya berseru-seru.Tapi ia tak beranjak. Wajahnya dicobakan untuk tetap tersenyum. Hingga pada satu titik waktu, ia tak tahan lagi. Serasa ada yang meledak di kepalanya. Lalu ia jatuh. Sayangnya saat mencoba bangkit, ia limbung. Ia jatuh lagi. Dan kakinya sulit digerakkan, bahkan serasa tak mampu menahan berat tubuhnya. Hari itu, usianya baru enam belas tahun. Dan perkenalkan, nama pemuda itu adalah: AHMAD YASSIN.

Monday 24 March 2014

Sebuah Nama...




“Namanya siapa?” Seorang guru di bagian administrasi ini sibuk ngecek nama-nama siswa-siswi baru yang mau beli dan yang mau ambil buku.

“Abraham Christanto, Bu.”

“Kelas Sepuluh Tujuh ya? Ini buku-bukunya udah dibayar lunas ya. Tapi kamu kelebihan tiga puluh dua ribu nih uangnya. Ini kembalinya (sambil ngasih kembalian). Ngapain kamu beli LKS sama buku paket Agama Islam?”

“Eh, agama saya Islam, Bu.”

Thursday 20 March 2014

Habiskan Makananmu!



“Fahmi, ayo sarapan dulu!”, teriakan Ibu membangunkanku dari pikiran tadi. Aku datangi Ibu. Aku lihat sarapan sudah tertata rapi di meja makan. Aku paling tidak bisa menolak masakan Ibu. Masakan Ibu bagiku yang paling lezat dan paling bergizi di dunia.

“Bu, hari ini aku pergi kerja. Ada bedah buku di alun-alun kota. Aku di minta mengutip hasil presentasi penulisnya.”

“Iya, tidak apa. Mumpung masih muda kamu harus kerja yang giat. Belikan ibu bukunya nanti, sekalian sama tanda tangan penulisnya.”, jawab Ibuku berseri-seri. Aku hanya tersenyum simpul mendengarkan jawaban itu. Mengambil beberapa centong nasi. Melahapnya hingga tidak satupun nasi dan lauk tersisa. Begitulah caraku menghargai setiap masakan Ibu. Dalam pikiranku, makanannya habis berarti masakannya disukai. Jadi, Ibu tidak merasa sia-sia telah memasak untukku.

Wednesday 19 March 2014

Penyemangat Untuk yang Sedang Sakit


  "Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya". -HR Bukhari Muslim-

“Kak, hari ini Nabila les ya..”

Kira-kira itu ucapan yang disampaikan si adik di telepon. Dengan berat hati gw menolak. Agak sungkan juga sebenarnya karena si adik ini lagi UTS. Tentu penolakan tersebut bukan tanpa sebab. Ya. Akhirnya ‘dia’ menyerah juga. Padahal semangat ini masih tinggi. Walau agak sedikit kecewa, tapi dalam hati ini ada rasa bangga juga. Lho, sakit ko bangga? Hehe, bukan itu maksudnya. Bangga karena bukan semangat ini yang menyerah, cuma badannya aja.

Tuesday 18 March 2014

Menjemput Rezeki yang Terlewat



Pagi masih menunjukkan aromanya. Kira-kira jam enam, terdengar suara khas dari penjual roti. Seperti biasa, para pedagang membunyikan klaksonnya yang unik, “tetot tetot”, atau yang manual sambil teriak “tiii rotii, tiii rotii”, atau yang lebih modern lagi pakai perekam dan musik-musik, yaa kurang lebih begitulah bunyinya. Unik dan bermacam-macam. Bahkan mungkin, beberapa produk roti sampai kita hapal bunyi musiknya hehe.. Mohon koreksi nya kalau salah..

Oya sampai lupa, gw bukan mau bahas tentang kreativitas dalam mencari pelanggan dengan segala macam bunyinya itu. Jadi gini ceritanya….

Wednesday 12 March 2014

Semangat Segelas Teh Hangat


Sudah hampir lima tahun terakhir ini ngajar menjadi salah satu rutinitas yang akrab. Gw punya murid empat orang. Dua dari empat itu kakak beradik. Jadwal diatur sedemikian rupa supaya ga bentrok sama jadwal kuliah. Jadwal ngajar emang padet banget, kadang akhir pekan juga ngajar. Tapi akhir pekan itu spesial, yang di ajar bukan satu atau dua orang, tapi satu kelas! Peak seasonnya adalah menjelang ujian. Duh dek, kalau lagi musim ujian, si adik-adik (empat orang) ini minta lesnya tiap hari. Capek? Pasti!


Nah, itu waktu masih kuliah. Karena dua tahun lalu mulai aktif kerja, gw putuskan untuk melepas semua kesibukan ngajar privat. Kalau ngajar kelas sih masih, sebab utamanya itu karena akhir pekan dan jaraknya ga terlalu jauh dari rumah, sekitar 20 menit. Beda dengan adik-adik privat, perjalanan bisa satu jam. Jadilah yang empat orang itu gw transfer ke orang lain.