“Fahmi, ayo
sarapan dulu!”, teriakan Ibu
membangunkanku dari pikiran tadi. Aku datangi Ibu. Aku lihat sarapan sudah
tertata rapi di meja makan. Aku paling tidak bisa menolak masakan Ibu. Masakan
Ibu bagiku yang paling lezat dan paling bergizi di dunia.
“Bu, hari ini
aku pergi kerja. Ada bedah buku di alun-alun kota. Aku di minta mengutip hasil
presentasi penulisnya.”
“Iya, tidak
apa. Mumpung masih muda kamu harus kerja yang giat. Belikan ibu bukunya nanti,
sekalian sama tanda tangan penulisnya.”, jawab Ibuku berseri-seri. Aku hanya
tersenyum simpul mendengarkan jawaban itu. Mengambil beberapa centong nasi.
Melahapnya hingga tidak satupun nasi dan lauk tersisa. Begitulah caraku
menghargai setiap masakan Ibu. Dalam pikiranku, makanannya habis berarti
masakannya disukai. Jadi, Ibu tidak merasa sia-sia telah memasak untukku.
*****
Itulah sekelumit potongan
cerita dari konsep novel “Aku Cinta tapi
Allah yang Menentukan”. Konsep? Iya konsep. Karena gw sendiri belum tau
kapan konsep itu bisa bener-bener jadi novel, hehe..
Oke skip skip skip, kita bukan mau bahas tentang novel yang belum
tau kapan selesainya itu. Dari potongan konsep novel tadi, poin utama yang
ingin disampaikan adalah….. pentingnya menghargai makanan! Apakah selama ini kita udah cukup menghargai dan
mensyukuri makanan? So, cekidot bro…
"...,makan
dan minumlah, tetapi jangan berlebihan,…”
QS
Al-A’raaf : 31
Sadar ataupun nggak,
seringkali kita makan dengan masih menyisakan nasi. Terlepas seseorang itu
makan dengan menggunakan sendok ataupun tangan. Sangat disayangkan kalau setiap
makan tidak dihabiskan. Gw pribadi orang yang paling gregetan kalo ngliat orang yang dengan enaknya nyisahin makanan. Termasuk yang sewot lah.
Logikanya, bagaimana bisa
orang yang udah hidup belasan atau puluhan tahun tapi kebiasaan menyisakan
makanan itu masih ada? Apa iya selama itu juga ga pernah mempelajari atau
menganalisa tentang seberapa banyak sih
kapasitas dan volume perut kita dalam satu kali makan? Jangan jadikan lapar
hanya menjadi lapar mata. Ambil banyak tapi tidak memperhatikan kapasitas perut
kita. Mubazir bro, padahal ada berkah yang Allah siapkan untuk setiap makanan.
Hmm..
"Apabila seseorang dari kalian, maka jilatilah jari-jari
karena kita tidak tahu di bagian jari manakah keberkahan (makanan) itu berada."
-HR. Muslim-
Menyisakan makanan sudah pasti tindakan yang
mubazir. Gw pernah baca bahwa rata-rata penduduk Indonesia menyisakan 30-50
butir nasi. Well, jumlah itu mungkin ‘cuma’
setara satu sampai dua sendok makan. Tapi coba dikalikan dengan jumlah penduduk
Indonesia yang lebih dari dua ratus juta jiwa? Berapa hasilnya? Berarti ada nasi
sekitar dua ratus sampai empat ratus juta sendok makan yang disisakan setiap
harinya. Itu satu kali makan! Berarti ada kemungkinan tiga kali lipat lebih
banyak lagi yang terbuang! Itu di Indonesia aja, kalau seluruh dunia? Duh dek, mumet ngitungnya –‘
Terlepas dari benar atau tidaknya penelitian tersebut,
tapi gw pikir itu cukup logic. Memang
toh faktanya begitu. Masih banyak yang belum bisa menghargai makanan. Ini hanya
dihitung dari nasi, belum dari makanan yang lainnya.
“Rasulullah
saw. sama sekali tidak pernah mencela makanan.
Jika
beliau menyukai satu makanan, maka beliau memakannya.
Jika
beliau tidak suka, maka beliau meninggalkannya.”
-HR.
Bukhari Muslim-
Menghargai makanan sendiri
merupakan salah satu adab dalam makan dan minum. Berdasarkan hadis diatas, kita
tau bahwa Rasul saw sangat sangat menghargai makanan. Hal itu ditunjukkan beliau
dengan cara tidak mencela makanan. Menurut gw pribadi, tindakan menyisakan makanan
tergolong yang ‘mencela’ makanan. Dan yang juga penting untuk diingat adalah,
bukan hanya mencela makanannya, tapi juga menyakiti orang yang telah
membuatnya. Setujukah?
Begini Readers, ketika
makanan yang disajikan itu habis, betapa bangga dan senangnya hati orang yang
memasak. Kenapa? Berarti makanannya enak dan disukai sehingga ia tidak merasa
sia-sia sudah lelah dalam memasak. Bayangkan sebaliknya, sudah cape masak, ambil banyak, tidak
dihabiskan pula. Bagaimana perasaan yang masak? Jengkel, bisa jadi.
Jadi, ada baiknya untuk
tidak terlalu bernafsu dalam memilih makanan. Dalam kondisi ini, nambah karena kurang jauh lebih baik
daripada ambil berlebihan. Selain menghargai makanan, tentu hal tersebut juga
menghindari kekecewaan orang yang membuat makanan apabila makanan yang
dibuatnya tidak dihabiskan.
Semoga bermanfaat, semoga
kita semua makin bisa menghargai makanan..
Syemangat bro!!
:)
No comments:
Post a Comment