Menu

Thursday, 20 March 2014

Habiskan Makananmu!



“Fahmi, ayo sarapan dulu!”, teriakan Ibu membangunkanku dari pikiran tadi. Aku datangi Ibu. Aku lihat sarapan sudah tertata rapi di meja makan. Aku paling tidak bisa menolak masakan Ibu. Masakan Ibu bagiku yang paling lezat dan paling bergizi di dunia.

“Bu, hari ini aku pergi kerja. Ada bedah buku di alun-alun kota. Aku di minta mengutip hasil presentasi penulisnya.”

“Iya, tidak apa. Mumpung masih muda kamu harus kerja yang giat. Belikan ibu bukunya nanti, sekalian sama tanda tangan penulisnya.”, jawab Ibuku berseri-seri. Aku hanya tersenyum simpul mendengarkan jawaban itu. Mengambil beberapa centong nasi. Melahapnya hingga tidak satupun nasi dan lauk tersisa. Begitulah caraku menghargai setiap masakan Ibu. Dalam pikiranku, makanannya habis berarti masakannya disukai. Jadi, Ibu tidak merasa sia-sia telah memasak untukku.


 *****



Itulah sekelumit potongan cerita dari konsep novel “Aku Cinta tapi Allah yang Menentukan”. Konsep? Iya konsep. Karena gw sendiri belum tau kapan konsep itu bisa bener-bener jadi novel, hehe..

Oke skip skip skip, kita bukan mau bahas tentang novel yang belum tau kapan selesainya itu. Dari potongan konsep novel tadi, poin utama yang ingin disampaikan adalah….. pentingnya menghargai makanan!  Apakah selama ini kita udah cukup menghargai dan mensyukuri makanan? So, cekidot bro…

"...,makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan,…”
QS Al-A’raaf : 31

Sadar ataupun nggak, seringkali kita makan dengan masih menyisakan nasi. Terlepas seseorang itu makan dengan menggunakan sendok ataupun tangan. Sangat disayangkan kalau setiap makan tidak dihabiskan. Gw pribadi orang yang paling gregetan kalo ngliat orang yang dengan enaknya nyisahin makanan. Termasuk yang sewot lah.

Logikanya, bagaimana bisa orang yang udah hidup belasan atau puluhan tahun tapi kebiasaan menyisakan makanan itu masih ada? Apa iya selama itu juga ga pernah mempelajari atau menganalisa tentang seberapa banyak sih kapasitas dan volume perut kita dalam satu kali makan? Jangan jadikan lapar hanya menjadi lapar mata. Ambil banyak tapi tidak memperhatikan kapasitas perut kita. Mubazir bro, padahal ada berkah yang Allah siapkan untuk setiap makanan. Hmm..

"Apabila seseorang dari kalian, maka jilatilah jari-jari
karena kita tidak tahu di bagian jari manakah keberkahan (makanan) itu berada."
-HR. Muslim-

Menyisakan makanan sudah pasti tindakan yang mubazir. Gw pernah baca bahwa rata-rata penduduk Indonesia menyisakan 30-50 butir nasi. Well, jumlah itu mungkin ‘cuma’ setara satu sampai dua sendok makan. Tapi coba dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari dua ratus juta jiwa? Berapa hasilnya? Berarti ada nasi sekitar dua ratus sampai empat ratus juta sendok makan yang disisakan setiap harinya. Itu satu kali makan! Berarti ada kemungkinan tiga kali lipat lebih banyak lagi yang terbuang! Itu di Indonesia aja, kalau seluruh dunia? Duh dek, mumet ngitungnya –‘

Terlepas dari benar atau tidaknya penelitian tersebut, tapi gw pikir itu cukup logic. Memang toh faktanya begitu. Masih banyak yang belum bisa menghargai makanan. Ini hanya dihitung dari nasi, belum dari makanan yang lainnya.

“Rasulullah saw. sama sekali tidak pernah mencela makanan.
Jika beliau menyukai satu makanan, maka beliau memakannya.
Jika beliau tidak suka, maka beliau meninggalkannya.”
-HR. Bukhari Muslim-

Menghargai makanan sendiri merupakan salah satu adab dalam makan dan minum. Berdasarkan hadis diatas, kita tau bahwa Rasul saw sangat sangat menghargai makanan. Hal itu ditunjukkan beliau dengan cara tidak mencela makanan. Menurut gw pribadi, tindakan menyisakan makanan tergolong yang ‘mencela’ makanan. Dan yang juga penting untuk diingat adalah, bukan hanya mencela makanannya, tapi juga menyakiti orang yang telah membuatnya. Setujukah?

Begini Readers, ketika makanan yang disajikan itu habis, betapa bangga dan senangnya hati orang yang memasak. Kenapa? Berarti makanannya enak dan disukai sehingga ia tidak merasa sia-sia sudah lelah dalam memasak. Bayangkan sebaliknya, sudah cape masak, ambil banyak, tidak dihabiskan pula. Bagaimana perasaan yang masak? Jengkel, bisa jadi.

Jadi, ada baiknya untuk tidak terlalu bernafsu dalam memilih makanan. Dalam kondisi ini, nambah karena kurang jauh lebih baik daripada ambil berlebihan. Selain menghargai makanan, tentu hal tersebut juga menghindari kekecewaan orang yang membuat makanan apabila makanan yang dibuatnya tidak dihabiskan.

Semoga bermanfaat, semoga kita semua makin bisa menghargai makanan..

Syemangat bro!!
:)
I

No comments:

Post a Comment