Pagi masih menunjukkan
aromanya. Kira-kira jam enam, terdengar suara khas dari penjual roti. Seperti biasa,
para pedagang membunyikan klaksonnya yang unik, “tetot tetot”, atau yang manual
sambil teriak “tiii rotii, tiii rotii”, atau yang lebih modern lagi pakai
perekam dan musik-musik, yaa kurang lebih begitulah bunyinya. Unik dan
bermacam-macam. Bahkan mungkin, beberapa produk roti sampai kita hapal bunyi
musiknya hehe.. Mohon koreksi nya kalau salah..
Oya sampai lupa, gw
bukan mau bahas tentang kreativitas dalam mencari pelanggan dengan segala macam
bunyinya itu. Jadi gini ceritanya….
Suara pedagang roti
keliling tadi mulai terdengar mendekat. Gw juga bersiap mau beli, tapi tapi.. setelah
mendengar suara khas pedagang roti yang semakin lama semakin manjauhi, gw
berusaha mengejar keluar. Tumben memang, biasanya masuk komplek sampai ke depan
rumah, tapi sepertinya si abang ini Cuma lewat di jalan utama.
“bang roti bang!”
Setengah berteriak gw
panggil si abang roti ini sampe di ujung jalan. Saat itu jarak kurang lebih
lima belas meter.
“bang roti bang!”
Gw ulangi kedua kali. Tapi
si abang tetep aja jalan, ga mau puter balik. Gw dicengin bro! Hehe… Biasanya ya, kalau dipanggil gitu pedagang roti
puter balik, menghampiri pelanggan walaupun udah terlewat sebelumnya. Tapi pagi
itu beda, si abang ga puter balik, berarti diakhiri dengan ga jadi beli roti. Ya
sudah, bukan rezekinya abang roti (atau bukan rezeki gw pagi itu karena ga jadi
makan roti?)
Well, apa hikmahnya?
Readers, kita sama-sama
tau kalau rezeki itu sudah diatur oleh Gusti
Allah. Tapi kita juga tau, kalau rezeki dari Allah itu juga ga akan menghampiri
kalau tidak dijemput.
“Dialah (Allah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu
dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit,
lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezeki
untukmu...”
Q.S Al-Baqarah : 22
“… maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah
karunia Allah,
dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Q.S Al-Jumu’ah : 10
Sumber
rezeki sangat banyak, luas, dan datang dari tempat yang tidak disangka-sangka. Termasuk
dari momen yang sudah telewat. Di setiap jengkal hamparan bumi dan laut
terdapat rezeki yang bisa dikais.
Masalahnya, kadang kita lebih berorientasi menunggu rezeki daripada menjemputnya. Lebih mengutamakan cara yang cepat daripada berletih-letih dalam menggapainya. Lebih mementingkan selera pribadi dalam memilih sumber rezeki ketimbang merebut kesempatan di depan mata. Rezeki halal di depan mata ko ditolak? Naah, ada baiknya ketika mencari rezeki, kita jauhkan dulu ego diri.
Soo, merasa gengsi kalau putar balik untuk menjemput rezeki yang halal? Jangan malu untuk menjemput yang sudah terlewat. Karena, siapa tau itu rezeki yang baik yang Allah berikan untuk kita.
Syemangat, bro!
:))
:))
No comments:
Post a Comment