Menu

Monday, 12 May 2014

Mudah dengan Ms. Word: Membuat Daftar Isi Otomatis

Salah satu “masalah” pekerjaan kantor adalah editing modul. Dan salah satu tantangan terbesar (lagi) dalam editing modul adalah pembuatan daftar isi. Modul yang berisi banyak halaman dan sering revisi tentunya sangat merepotkan apabila daftar isinya dibuat secara manual. Oleh sebab itu, diperlukan cara jitu untuk membuat daftar isi secara tepat dan akurat.

Readers, pada kesempatan ini saya akan menyampaikan bagaimana membuat daftar isi otomatis. Bukan hanya berguna untuk pembuatan modul, tapi juga untuk makalah, karya tulis, skripsi, dan lainnya yang membutuhkan daftar isi. Yang jelas, setelah membaca ini, Readers diharapkan mampu membuat daftar isi otomatis. Manual? Out! Hehe..

Secara umum, menu utama yang digunakan adalah “Styles” (Home – Styles – Heading) dan “Table of Contents” (References – Table of Contents).

Friday, 11 April 2014

Kemenangan yang Sebenarnya

Setiap kita berlomba jadi pemenang
Tentu harus lewati segala penghalang
Menang pun jangan sekedar menang
Jangan menang tapi bawa masalah melintang

Menang itu sekedar titel
Yang dibangga sesaat lalu hilang terpental
Menang itu bisa jadi ibadah
Andai tetap bersyukur dan merendah


Tuesday, 8 April 2014

Parenting Ala Ali bin Abi Thalib

"Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, Karena mereka hidup bukan di jamanmu" 
Ali Bin Abi Thalib ra 

Ali Bin Abi Thalib ra merupakan khalifah ke-4 umat islam yang terkenal dengan kepintaran, kejujuran dan juga kesetiaannya terhadap Rasulullah SAW.

Seperti sudah kita pahami bahwasannya mendidik dan membesarkan anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Banyak hal yang harus diperhatikan untuk menentukan pola pendidikan yang terbaik bagi masing-masing anak, apalagi mereka tidak hidup di jaman dahulu.


Menurut Ali bin Abi Thalib ra. ada tiga pengelompokkan dalam cara memperlakukan anak:
1. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anak sebagai raja.
2. Kelompok 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun), perlakukan anak sebagai tawanan.
3. Kelompok 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun), perlakukan anak sebagai sahabat.

Friday, 4 April 2014

Fiqh dalam Cerpen: Kecil yang Jadi Besar

"Kriiiiitt...", bunyi engsel pintu terdengar berderit. Mungkin karena sudah lama tidak di minyaki. Beda dengan hari kemarin, siang ini matahari di luar terik sekali. Kelihatannya sedang bersemangat menyinari bumi Tangerang. Sebenarnya ingin santai saja dirumah. Tidur siang. Tapi terlanjur kemarin sudah janji dengan Jono. Mau beli buku.

"Ziingg...", kututup mataku. Sinarnya menyilaukan mata. Benar-benar panas hari ini. Ku ambil helmku. Lalu memacu motorku ke tujuan: Gramedia Bintaro Plaza.

Mall siang itu ramai sekali. Tampaknya terik panasnya tidak menjadikan orang-orang ini mengurungkan niat berakhir pekan di mall. Ada yang hanya duduk-duduk. Mungkin sekedar ngadem. Ada juga yang sibuk berniaga.

Sekitar pukul dua siang, aku bertemu juga dengan Jono.

Berbagi Bahagia :)

Pada suatu acara seminar yang dihadiri oleh sekitar 50 peserta. 
Tiba-tiba sang Motivator berhenti berkata-kata dan mulai memberikan balon kepada masing2 peserta.


Dan kepada mereka masing2 diminta untuk menulis namanya di balon tsb dgn menggunakan spidol.
Kemudian semua balon dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam ruangan lain.
Sekarang semua peserta disuruh masuk ke ruangan itu dan diminta untuk menemukan balon yang telah tertulis nama mereka, dan diberi waktu hanya 5 menit. 
Semua orang panik mencari nama mereka, bertabrakan satu sama lain, mendorong dan berebut dengan  orang lain disekitarnya sehingga terjadi kekacauan.

Thursday, 3 April 2014

Waktu yang Hilang: Menghadapi Masalah

Setiap orang pasti punya hidup dan kehidupannya sendiri. Yup, every people. Tanpa terkecuali. Terkadang tanpa kita sadari, pikiran ini terpusat pada masalah-masalah yang njelimet, yang ruwet, yang ribet, atau apapun itu namanya, padahal masih banyak hal-hal ringan, yang kecil, yang juga butuh perhatian. Ga adil rasanya kalau pikiran cuma berpusat sama masalah-masalah yang besar. Kalaupun sadar tapi tetap memikirkan hal-hal yang njelimet, itu namanya terjebak. Terjebak suasana. Terjebak suasananya sih ga apa-apa, ga masalah, yang jadi maslahnya kan kalau susah move on. Susah move on dari masalah. Ini yang repot.. Masalah adalah salah satu bentuk ujian :)

Wahai masalah, aku punya Allah yang Maha Besar.

Sabar...



Sabar itu ilmu tingkat tinggi
Belajarnya setiap hari
Latihannya setiap saat
Ujiannya sering mendadak

Kalau sabar sedang di uji
 Janganlah disesali, tapi dihadapi
Karena itu cobaan dari Illahi
Insyaa Allah menaikkan derajat diri dan hati

Wednesday, 2 April 2014

Cemburu yang Bukan Pada Haknya...

 Apa jadinya,
kalau ada cemburu yang di rasa..
namun bukan pada haknya?

Kalau rasa itu terbesit,
ingin menyampaikan namun terhimpit..
Sampaikanlah ia lewat doa,
biar nanti Allah yang menjaga..

:)


Like a Puzzle...


Hidup ini mirip-mirip sebuah puzzle, sungguh...


Gambar puzzle berbagai jenis yang berserakan di atas menggambarkan bahwa...
Dalam hidup kita pasti akan beretemu berbagai tipe manusia..

Friday, 28 March 2014

Negeri Tanpa Ayah: Tarbiyah Sebelum Menjadi Seorang Ayah...

by : bendri jaisyurrahman 
(twitter : @ajobendri)


|1| 
Jika memiliki anak sudah ngaku-ngaku jadi AYAH, 
maka sama anehnya dengan orang yang punya bola 
ngaku-ngaku jadi pemain bola

|2| 
AYAH itu gelar untuk lelaki yg mau dan pandai
 mengasuh anak bukan sekedar 'membuat' anak

|3|
 Jika AYAH mau terlibat mengasuh anak bersama ibu, 
maka separuh permasalahan negeri ini teratasi

Thursday, 27 March 2014

Ukhuwah...

Kalian tahu kenapa dinamakan dengan hujan?
Karena dia turunnya rame2...
Pasti garing kalau hujan itu turunnya hanya satu tetes
Lantas satu tetes lagi, dan seterusnya...

Kalian tahu kenapa nasi itu mengenyangkan?
Karena is dihidangkan rame2...
Pasti bengong kalau hanya satu butir saja di atas piring
Ini mau makan apa? Manalah kenyang...

Kalian tahu gigi itu berguna?
Karena rame2 berbaris rapi...
Pasti ompong kita menyebutnya kalau cuma satu
Tidak bisa buat mengunyah. Cuma bisa buat tersenyum melihatnya...

Sungguh...
Di dunia ini sesuatu yang positif akan spesial saat dilakukan rame2..
Lebih berkesan..
Lebih berkisah...


Tausyiyah Terakhir (Bagian Dua)

Kalau belum, baca dulu bagian satunya di Tausyiyah Terakhir (Bagian Satu) bro ;)

***


Jujur, ada sedikit rasa khawatir. Gw pribadi tau kalo Halimun merupakan salah satu gunung yang terkenal angker. Banyak hal-hal mistis disini. Tapi masa iya yang gw rasain pada saat itu salah satu hal mistis? Rasanya semua normal-normal aja, kalaupn ada yang janggal ya itu: kemana orang-orang?!

Pikiran itu terbuang seketika. Sesuai niat, siang itu tafakkur dimulai. Ada tugas. Masing-masing dari kami diminta menceritakan kembali dalam bentuk tausyiyah mengenai peperangan yang pernah umat Islam alami. Kalau ga salah inget, yang kami kumpulkan itu Perang Badar, Perang Uhud, Perang Hunain, dan Perang Salib.

Wednesday, 26 March 2014

Tausyiyah Terakhir (Bagian Satu)



Sabtu pagi itu tidak biasa. Pagi-pagi banget gw dan tiga orang lainnya, Galih, Lutfi, dan Febri berkumpul di Masjid Raya Ciledug. Bukan, bukan mau denger kajian dhuha. Tapi mau mukhayam di Gunung Halimun. Mau tafakkur alam. Dan ini sangat spesial. Kenapa? Karena perjalanan ini adalah pengalaman pertama kami semua dalam hal pendakian!

Belum apa-apa, sandal Lutfi sudah putus. Akhirnya, keberangkatan tertunda sebentar selagi Lutfi membeli sandal baru. Kami janjian di stasiun Bogor. Ga hanya berempat. Disana kami bertemu murabbi. Tak lupa Kami pun saling mengecek bawaan. Dari awal memang berasa ada yang kurang, dan bener aja, kami bawa dua kompor tapi hanya dengan satu panci! Astaghfirullah…

Getar Hati Para Pemimpi

Ia pemuda biasa. Lahir dari keluarga miskin lagi pengungsi. Ia bermimpi untuk melawan kedzaliman yang mencakar koyak wajah bumi para Nabi, tanah kelahirannya, sejak pertengahan abad lalu. Suatu hari masih dalam sengatan mimpinya, ia bersama teman-temannya membuat sebuah acara kemah ketangkasan di pantai Gaza. Dan dari sanalah kisah menakjubkan itu dimulai.

Di akhir acara mereka berlomba, mereka saling adu ketahanan. Siapa bisa melakukan head stand, berdiri dengan kepala dalam jangka waktu terlama, dialah sang pemenang. Sang pemenang berhak digendong bergantian selama perjalanan pulang.

Tiap menit, satu demi satu peserta menyerah. Lalu tinggallah dia sendiri, pemuda itu. Dia masih terus bertumpu di atas kepalanya bahkan sampai beberapa jam kemudian! Gila! Teman-temannya berseru-seru.Tapi ia tak beranjak. Wajahnya dicobakan untuk tetap tersenyum. Hingga pada satu titik waktu, ia tak tahan lagi. Serasa ada yang meledak di kepalanya. Lalu ia jatuh. Sayangnya saat mencoba bangkit, ia limbung. Ia jatuh lagi. Dan kakinya sulit digerakkan, bahkan serasa tak mampu menahan berat tubuhnya. Hari itu, usianya baru enam belas tahun. Dan perkenalkan, nama pemuda itu adalah: AHMAD YASSIN.

Monday, 24 March 2014

Sebuah Nama...




“Namanya siapa?” Seorang guru di bagian administrasi ini sibuk ngecek nama-nama siswa-siswi baru yang mau beli dan yang mau ambil buku.

“Abraham Christanto, Bu.”

“Kelas Sepuluh Tujuh ya? Ini buku-bukunya udah dibayar lunas ya. Tapi kamu kelebihan tiga puluh dua ribu nih uangnya. Ini kembalinya (sambil ngasih kembalian). Ngapain kamu beli LKS sama buku paket Agama Islam?”

“Eh, agama saya Islam, Bu.”

Thursday, 20 March 2014

Habiskan Makananmu!



“Fahmi, ayo sarapan dulu!”, teriakan Ibu membangunkanku dari pikiran tadi. Aku datangi Ibu. Aku lihat sarapan sudah tertata rapi di meja makan. Aku paling tidak bisa menolak masakan Ibu. Masakan Ibu bagiku yang paling lezat dan paling bergizi di dunia.

“Bu, hari ini aku pergi kerja. Ada bedah buku di alun-alun kota. Aku di minta mengutip hasil presentasi penulisnya.”

“Iya, tidak apa. Mumpung masih muda kamu harus kerja yang giat. Belikan ibu bukunya nanti, sekalian sama tanda tangan penulisnya.”, jawab Ibuku berseri-seri. Aku hanya tersenyum simpul mendengarkan jawaban itu. Mengambil beberapa centong nasi. Melahapnya hingga tidak satupun nasi dan lauk tersisa. Begitulah caraku menghargai setiap masakan Ibu. Dalam pikiranku, makanannya habis berarti masakannya disukai. Jadi, Ibu tidak merasa sia-sia telah memasak untukku.

Wednesday, 19 March 2014

Penyemangat Untuk yang Sedang Sakit


  "Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya". -HR Bukhari Muslim-

“Kak, hari ini Nabila les ya..”

Kira-kira itu ucapan yang disampaikan si adik di telepon. Dengan berat hati gw menolak. Agak sungkan juga sebenarnya karena si adik ini lagi UTS. Tentu penolakan tersebut bukan tanpa sebab. Ya. Akhirnya ‘dia’ menyerah juga. Padahal semangat ini masih tinggi. Walau agak sedikit kecewa, tapi dalam hati ini ada rasa bangga juga. Lho, sakit ko bangga? Hehe, bukan itu maksudnya. Bangga karena bukan semangat ini yang menyerah, cuma badannya aja.

Tuesday, 18 March 2014

Menjemput Rezeki yang Terlewat



Pagi masih menunjukkan aromanya. Kira-kira jam enam, terdengar suara khas dari penjual roti. Seperti biasa, para pedagang membunyikan klaksonnya yang unik, “tetot tetot”, atau yang manual sambil teriak “tiii rotii, tiii rotii”, atau yang lebih modern lagi pakai perekam dan musik-musik, yaa kurang lebih begitulah bunyinya. Unik dan bermacam-macam. Bahkan mungkin, beberapa produk roti sampai kita hapal bunyi musiknya hehe.. Mohon koreksi nya kalau salah..

Oya sampai lupa, gw bukan mau bahas tentang kreativitas dalam mencari pelanggan dengan segala macam bunyinya itu. Jadi gini ceritanya….

Wednesday, 12 March 2014

Semangat Segelas Teh Hangat


Sudah hampir lima tahun terakhir ini ngajar menjadi salah satu rutinitas yang akrab. Gw punya murid empat orang. Dua dari empat itu kakak beradik. Jadwal diatur sedemikian rupa supaya ga bentrok sama jadwal kuliah. Jadwal ngajar emang padet banget, kadang akhir pekan juga ngajar. Tapi akhir pekan itu spesial, yang di ajar bukan satu atau dua orang, tapi satu kelas! Peak seasonnya adalah menjelang ujian. Duh dek, kalau lagi musim ujian, si adik-adik (empat orang) ini minta lesnya tiap hari. Capek? Pasti!


Nah, itu waktu masih kuliah. Karena dua tahun lalu mulai aktif kerja, gw putuskan untuk melepas semua kesibukan ngajar privat. Kalau ngajar kelas sih masih, sebab utamanya itu karena akhir pekan dan jaraknya ga terlalu jauh dari rumah, sekitar 20 menit. Beda dengan adik-adik privat, perjalanan bisa satu jam. Jadilah yang empat orang itu gw transfer ke orang lain.